REAKSI SPESIFIK PROTEIN
Protein merupakan polimer
yang tersusun dari asam amino sebagai monomernya.
Monomer-monomer ini tersambung dengan ikatan
peptida, yang mengikat gugus karboksil milik satu monomer dengan
gugus amina milik monomer di sebelahnya. Reaksi penyambungan ini (disebut translasi)
secara alami terjadi di sitoplasma dengan bantuan ribosom
dan tRNA. Pada polimerisasi asam amino, gugus
-OH yang merupakan bagian gugus karboksil satu asam amino dan gugus -H yang
merupakan bagian gugus amina asam amino lainnya akan terlepas dan membentuk
air. Oleh sebab itu, reaksi ini termasuk dalam reaksi dehidrasi.
Molekul asam amino yang telah melepaskan molekul air dikatakan disebut dalam
bentuk residu asam amino (Tim
Dosen Kimia, 2009).
Kira-kira
50 % dari berat kering organisme yang hidup adalah protein, dan protein bukan
hanya sekedar bahan simpanan atau nahan struktural seperti halnya dengan
polisakarida. Variasi fungsi protein sama banyaknya dengan variasi fungsi
kehidupan itu sendiri. Semua katalisis yang jumlahnya ribuan, yang memungkinkan
terjadinya reaksi kimia dalam zat yang hidup yang disebut protein.
Asam-asam
kuat yang ditambahkan ke larutan protein menyebabkan suatu denaturasi
irreversibel protein. selain penambahan asam-asam kuat dapat juga dilakukan
penambahann logam, penambahan alkohol dan melakukan pengocokan terhadap larutan
protein sehingga menyebabkan protein itu terdenaturasi.
Struktur protein dapat dikelompokkan menjadi empat
golongan, yaitu struktur primer, sekunder, tersier, dan kuarterner. Struktur
primer adalah struktur linear dari rantai protein. Dalam struktur ini tidak terjadi
antaraksi, baik dengan rantai protein yang lain maupun di antara asam amino
dalam rantai protein itu sendiri.
Struktur sekunder adalah struktur dua dimensi dari
protein. Pada struktur ini terjadi lipatan (folding) beraturan,
seperti α–heliks dan β–sheet, akibat adanya ikatan hidrogen di antara
gugus-gugus polar dari asam amino dalam rantai protein.
Gambar 2. Struktur sekunder protein (a)
Struktur α-heliks dari protein (b) Struktur β-sheet dari protein.
|
Struktur tersier merupakan struktur tiga dimensi
sederhana dari rantai protein. Dalam struktur ini, selain terjadi folding
membentuk struktur α–heliks dan β–sheet, juga terjadi antaraksi van
der Waals dan antaraksi gugus nonpolar yang mendorong terjadi lipatan.
Gambar 3. (a) Struktur tersier dari protein b)
Struktur kuarterner dari protein hemoglobin dengan empat subunit (a1,
a2, b1, b2)
|
Struktur tertinggi dari protein adalah struktur
kuarterner. Dalam struktur ini, protein membentuk molekul kompleks, tidak
terbatas hanya pada satu rantai protein, tetapi beberapa rantai protein
bergabung membentuk seperti bola.
Jadi, pada struktur kuartener molekul protein di
samping memiliki ikatan hidrogen, gaya van der Waals, dan antaraksi gugus
nonpolar, juga terjadi antaraksi antar rantai protein baik melalui antaraksi
polar, nonpolar, maupun van der Waals. Contoh dari struktur ini adalah molekul
Hemoglobin, tersusun dari empat subunit rantai protein.
Ada empat tingkat struktur dasar
protein, yaitu struktur primer, sekunder, tersier, dan kuartener. Struktur primer terkait mengenai
terbentuknya rantai-rantai dengan ikatan-ikatan peptida dimana jumlah, macam,
dan cara terkaitnya (urutan) asam-asam
amino mempunyai peranan penting. Struktur
sekunder terkait mengenai
berlilitnya rantai-rantai polipeptida sampai terbentuknya suatu struktur spiral karena terjadi ikatan hidrogen.
Struktur tersier, rantai-rantai
polipeptida yang berlilit itu bergabung satu dengan yang laindengan pertolongan
ikatan yang lemah yakni ikatan hidrogen dan Van Der Wals sampai terbentuknya
lapisan, serat atau biji. Struktur kuartener, tidak semua protein mempunyai
struktur kuartener, hanya jika protein itu terdisi atas 2 atau 4 rantai polipeptida
yang tergabung oleh gaya bukan ikatan kovalen (bukan ikatan peptide atau
disulfida). Gaya yang menstabilkan gabungan itu adalah ikatan hydrogen dan elektrostatik
atau ikatan garam. Struktur primer
protein mempunyai rangkaian asam amino dan komponen prostetik pembentuk
protein. Struktur protein sekunder dan tersier mengacu pada kedudukan tiga matra
dari makromolekul; struktur kuartener menyatakan susunan komplek protein aneka
rantai. Sinarnya dan cara spektrum yang modern lainnya terutama amat penting
untuk menjelaskan ciri keruangan protein. Struktur
tersier suatu protein menggambarkan perlipatannya rantai polipeptida.
Perlipatan terdapat lebih acak daripada cirri struktur sekundernya, tetapi
dapat menunjukkan pola yang teratur. Ikatan disulfida yang terbentuk di antara
molekul sisterna memberikan pertautan kovalen yang nisbi kuat mendukung
struktur tersier. Protein globular sebagaimana ditunjukkan oleh mieglobin,
merupakan contoh yang menarik bagi struktur tersier. Dimana berperan menyimpan
dan mengalirkan oksigen . Ini sangat erat kaitannya dengan haemoglobin yang
merupakan protein yang rumit (Stanley, 1988).
Ada
beberapa ciri molekul protein yaitu (Stanley, 1988) :
1) Berat
molekulnya besar, ribuan bahkan sampai jutaan, sehingga merupakan makromolekul.
2) Umumnya
terdiri dari 20 asam amino.Asam amino berikatan secara kovalen satu dengan yang
lainnya dalam variasi urutan-urutan yang bermacam-macam, membentuk suatu rantai
polipeptida. Ikatan peptida merupakan ikatan gugus karboksil dari asam amino
yang satu dengan asam amino lainnya.
3) Terdapatnya
ikatan kimia lain yang menyebabkan
terbentuknya lengkungan-lengkungan rantai polipeptida menjadi struktur 3
dimensi protein. Sebagai contoh ikatan hidrogen, ikatan hidrofob/ikatan apolar,
ikatan ion atau ikatan elektrostatik dan ikatan Van der Waals.
4) Strukturnya
tidak stabil terhadap beberapa faktor seperti: pH, radiasi, temperatur, dan
medium pelarut.
5) Umumnya
reaktif dan sangat spesifik, disebabkan terdapatnya gugus samping yang reaktif
dan susunan khas struktur molekulnya.
6) Beraksi
positif terhadap pereaksi uji-uji yang spesifik seperti: Biuret, Ninhidrin dan
Millon, Xantoprotein, Sakaguchi, Adamkiewitz.
Denaturasi
ada dua macam yaitu (Lehninger,1990) :
-
Pengembangan rantai peptida dan
pemecahan protein menjadi kecil tanpa diikuti pengembangan molekul seperti pada
polipeptida.
-
Denaturasi yang tergantung pada keadaan
molekul seperti pada bagian molekul yang tergabung dalam struktur sekunder.
Karena
itu denaturasi dapat berarti suatu perubahan atau modifikasi terhadap struktur
sekunder, tersier dan kuartener molekul protein tanpa terjadi pemecahan ikatan
kovalen. Atau dapat pula diartikan sebagai suatu proses pecahnya ikatan
hidrogen, interaksi hidrofobik, ikatan Van der Waals, dan terbuka atau tidaknya
ikatan molekul. Pada umumnya protein yang sudah didenaturasikan kelarutannya
berkurang atau hilang sama sekali, dan ada pula yang membentuk endapan pada
bagian dasar larutan. Hal ini disebabkan karena lapisan protein bagian dalam
yang bersifat hidrofobik terbalik keluar dan bagian luarnya yang bersifat
hidrofil terlipat ke dalam atau kebalikannya, terutama jika larutan protein
telah mendekati pada isoelektrik hingga protein menggumpal dan akhirnya
mengendap (Lehninger,1990).
Triptofan
merupakan satu dari 20 asam amino penyusun protein yang bersifat
esensial bagi manusia. Bentuk yang umum pada mamalia adalah, seperti asam amino
lainnya, L-triptofan. Meskipun demikian D-triptofan ditemukan pula di alam
(contohnya adalah pada bisa
ular laut kontrifan). Gugus
fungsional yang dimiliki triptofan, indol, tidak dimiliki
asam-asam amino dasar lainnya. Akibatnya, triptofan menjadi prekursor banyak
senyawa biologis penting yang tersusun dalam kerangka indol. Triptofan adalah
prekursor melatonin (hormon
perangsang tidur), serotonin (suatu transmiter pada sistem saraf)
dan niasin (suatu vitamin).
Indol adalah sebuah aromatik heterosiklik senyawa organik. Bisiklik memiliki
struktur, yang terdiri dari enam anggota benzen cincin melebur kelima-anggota nitrogen yang mengandung pirol cincin. Indol adalah komponen
populer wewangian dan pendahulu untuk banyak obat-obatan. Senyawa yang
mengandung sebuah cincin indol disebut indoles. Derivatif yang paling terkenal
adalah asam amino triptofan. Indol berbentuk padat pada suhu kamar. Indole dapat diproduksi oleh bakteri sebagai produk degradasi asam amino triptofan. Hal ini terjadi secara alami di manusia tinja dan tinja yang intens bau. Pada konsentrasi yang sangat rendah, bagaimanapun, ia memiliki
aroma bunga-bunga dan merupakan konstituen dari banyak bunga aroma (seperti bunga jeruk) dan parfum (Colby, 1985).
Bila asam amino
dalam makanan malampaui kebutuhan untuk sintesis protein dan lintasan anabolik
lainnya. Kelebihannya dikatabolisme untuk menentukan ATP atau diubah menjadi
substrak untuk sintesis asam lemak. Protein selular mengalami “turn over”
(dipecahkan dan diganti kembali) dengan kecepatan sekitar 400 gr/hari pada
orang dewasa. Melalui suatu proses tertentu sejumlah asam amino dapat membentuk
suatu senyawa yang memiliki banyak ikatan peptida. Molekul senyawa ini
merupakan suatu molekul besar atau makromolekul yang terdiri atas banyak
molekul asam amino yang disebut juga sebagai polipeptida. Ada beberapa analisis
asam amino, misalnya metode gravitrimetri, kalorimetri, mikrobiologi,
kromatografi dan elekrofotolisis. Salah satu metode yang banyak digunakan dan
memperoleh perkembangan adalah metode kromatografi. Konsumsi protein diperlukan
untuk sumber nitrogen dalam tubuh, pembentukan zat-zat yang mengandung N
(nitrogenous) dan sebagai sumber asam amino esensial yang tidak dapat dibentuk
di dalam tubuh atau hanya dalam jumlah kecil saja untuk mensuplai kebutuhan
sehari-hari. Hampir semua nitrogen dari
katabolisme protein asam amino secara normal hilang dalam bentuk urea melalui
ekskresi urine walaupun jumlahnya terbuang dalam bentuk NH4+
dan keratin. Gangguan metabolisme asam amino ditandai oleh kadar asam amino
atau produk metaboliknya yang abnormal dalam darah dan urine. Gangguan dalam
metabolisme asam amino sering menyebabkan retardasi mental dan gangguan
perkembangan (Linder, 1985).
Reaksi-reaksi untuk mengidentifikasi asam amino dan protein antara lain:
a. Reaksi sakaguci
Reaksi
sakaguci dilakukan dengan menggunakan pereaksi nafol dan natrium hipobromit.
Pada dasarnya reaksi ini dapat memberi hasil positif apabila ada gugus
guanidin. Jadi arginin atau protein yang mengandung arginin dapat menghasilkan
warna merah (Tim Dosen kimia, 2009)
b.
Reaksi Xantoprotein
Larutan asam
nitrat pekat ditambahkan dengan hati-hati ke dalam larutan protein. Setelah
dicampur terjadi endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning apabila
dipanaskan. Reaksi yang terjadi adalah nitrasi pada inti benzena yang terdapat
pada molekul protein. Jadi reaksi ini positif jika mengandung tirosin, fenil
alanin dan triptofan (Poedjadi,1994).
c.
Reaksi Hopkins-Cole
Triptofan dapat berkondensasi dengan beberapa aldehida
dengan bantuan asam kuat dan membentuk senyawa yang berwarna. Larutan protein
yang mengandung triptofan dapat direasikan dengan pereaksi Hopkins-Cole yang
mengandung asam glioksilat.. Setelah dicampur dengan pereaksi Hopkins-Cole,
asam sulfat dituangkan perlahan-lahan sehingga membentuk lapisan di bawah
larutan protein. Beberapa saat kemudian akan terjadi cincin ungu pada batas
antara kedua lapisan. Reaksi Hopkins-Cole memberi hasil positif khas untuk
gugus indol dalam protein (Poedjadi,1994).
permasalahan :
- Apakah yang dimaksud denaturasi protein? Sebutkan hal-hal yang menyebabkan terjadinya denaturasi protein!
- Mengapa protein yang mengalami denaturasi menjadi kehilangan fungsi biologisnya?
- Tuliskan dan jelaskan tiga tahap dasar dalam proses anabolisme protein!
Saya akan menjawab permasalahan ketiga
BalasHapusAnabolisme meliputi tiga tahapan dasar. Pertama, produksi prekursor seperti asam amino, monosakarida, dan nukleotida. Kedua, adalah aktivasi senyawa-senyawa tersebut menjadi bentuk reaktif menggunakan energi dari ATP. Ketiga, penggabungan prekursor tersebut menjadi molekul kompleks, seperti protein, polisakarida, lemak, dan asam nukleat.
Anabolisme yang menggunakan energi cahaya dikenal dengan fotosintesis, sedangkan anabolisme yang menggunakan energi kimia dikenal dengan kemosintesis.
Hasil-hasil anabolisme berguna dalam fungsi yang esensial.Hasil-hasil tersebut misalnya glikogen dan protein sebagai bahan bakar dalam tubuh, asam nukleat untuk pengkopian informasi genetik. Protein, lipid, dan karbohidrat menyusun struktur tubuh makhluk hidup, baik intraselular maupun ekstraselular.Bila sintesis bahan-bahan ini lebih cepat dari perombakannya, maka organisme akan tumbuh.
Saya akan menjawab permasalahan pertama
BalasHapusAdapun denaturasi protein sendiri mengacu pada kondisi di mana trusktur atau susunan protein berubah dari susunan awalnya (alaminya).
Sebagai senyawa kimia, protein dikenal dengan 4 struktur utamanya yakni primer, sekunder, tersier dan juga kuartener. Terjadinya modifikasi atau perubahan atas struktur sekunder, tersier dan kuartener atas molekul-molekul tanpa melibatkan kondisi simana ikatan-ikatan kovalen protein adalah peristiwa yang dikenal dengan nama denaturasi protein. Perubahan ini sendiri terjadi karena beberapa faktor. Perubahannya pun dikenal dalam beberapa bentuk yakni perubaan kimia, perubahan fisika serta perubahaan faal. Perubahan Kimia yang cukup mendasar dalam proses denaturasi protein mencakup pada struktur-struktur protein (kecuali susunan/struktur primernya) . Sementara itu perubahan protein yang bersifat fisik terlihat dengan berubahnya tampilan alamiahnya. Tampilan ini bisa berupa ukurannya, molekulnya, tingkat kelarutannya, serta konsistensi yang kesemuanya bisa diamati secara visual. Terakhir adalah denaturasi protein yang merubah faal, yakni perubahan yang ditandai dengan menghilangnya sifat-sifat akami senyawa protein misalnya karakter hormon dan enzimnya.
Faktor Penyebab Denaturasi Protein
Adapun beberapa hal yang menjadi faktor pemicu terjadinya denaturasi protein antara lain:
1. Faktor kimia, yakni perubahan protein yang disebabkan oleh bahan-bahan kimia. Bahan-bahan tersebut antara lain: basa, asam, garam organik, anion kompleks, logam berat, dehydrating agent, alkohol, garam netral namun konsentratnya tinggi, pelarut organik, uream guanidine dan lain-lain.
2. Faktor fisika, yakni denaturasi protein yang terjadi akibat pemanasan atau pendinginan, sinar ultraviolet, tekanan tinggi, pengocokan secara intensif, pH ekstrim, tekanan yang cukup tinggi dan lain-lain.
saya akan menjawab permasalahan yang ketiga
BalasHapusDenaturasi adalah sebuah proses di mana protein atau asam nukleat kehilangan struktur tersier dan struktur sekunder dengan penerapan beberapa tekanan eksternal atau senyawa, seperti asam kuat atau basa, garam anorganik terkonsentrasi, sebuah misalnya pelarut organik (cth, alkohol atau kloroform), atau panas.
Hal-hal yang menyebabkan terjadinya denaturasi protein:
· Suhu yang tinggi (panas)
· Pengaruh asam (perubahan pH yang ekstrim)
· Pelarut organik, zat kimia tertentu, urea, detergen (pengaruh basa)
· Pengaruh garam
· Karena pengaruh mekanik (goncangan)